Fun English Club (FEC) merupakan sebuah komunitas yang concern dalam pengembangan kemampuan berbahasa inggris. Minggu, FEC didatangi oleh dua orang foreigner (waarga asing) dari Singapura. Mereka adalah Shivaji Das dan Yolanda. Shivaji adalah pria kelahiran India, sedangkan Yolanda, is trinya, merupakan ketu runan China. Pertemuan antara dua warga asing ini dengan FEC berawal dari sebuah situs sharing video, youtube.
Beberapa bulan sebelumnya, Jamaluddin, salah satu anggota FEC membuat sebuah video do kumentasi yang memperlihat kan kegiatan komunitas ini. Ke mudian ia upload video tersebut ke akun youtube yang ia miliki. Menurutnya, beberapa bulan setelah itu ia mendapatkan se buah email dari seseorang ber nama Shivaji Das. Email tersebut berisi tentang ketertarikan Shiva ji terhadap FEC. Setelah saling berbalas email, Shivaji mengu tarakan niatnya untuk bertemu anggota FEC saat ia berkunjung ke Pamekasan.
Melalui video di youtube tersebut, Shivaji dan Yolanda ter tarik untuk bertemu dengan ang gota FEC. Pada hari yang disepa kati, mereka berdua menuju Sekolah Tinggi Agama Islam Neg eri (STAIN) Pamekasan, kemu dian menemui anggota FEC di Bi lingual Area dengan tujuan untuk bertukar pikiran tentang budaya Madura. Anggota FEC menyam but mereka dengan wajah gembi ra. Tidak hanya sekedar bertatap muka, Shivaji dan Yolanda berba gi pengalaman dan cerita kepada anggota FEC. Shivaji adalah se orang travel writer (penulis cerita perjalanan), sedangkan Yolanda bekerja di Lazada Singapura.
Shivaji membacakan tulisan nya tentang salah satu tempat yang pernah ia kunjungi di In donesia, tentunya dalam bahasa inggris. Selanjutnya, secara ber gantian Shivaji dan Yolanda ber interaksi dan berdialog dengan anggota FEC. Pertanyaan pun sil ih berganti diutarakan oleh mere ka kepada Shivaji dan Yolanda. Pasangan suami istri ini juga ber bagi tips agar lebih mudah mem pelajari dan membiasakan bahasa inggris, serta beberapa cara yang bisa digunakan agar membuat english club lebih menarik dan menyenangkan.
“Kemampuan berbahasa Inggris kalian sudah bagus dan mumpuni. Kalian sangat percaya diri dan semangat dalam berbicara bahasa Inggris. Saya harap kalian terus mempertahankan ini dan selalu berusaha mening katkannya,” puji Yolanda setelah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Shivaji sangat tertarik dengan beberapa hal tentang Madura. Ia bertanya tentang stigma “keras” yang melekat pada orang Madura. Ia juga menanyakan “carok” yang identik dengan Madura. Saat ia mengutarakan keinginannya untuk pergi ke Madura, temannya yang ada di Jawa menyarankan padanya untuk hati-hati. Kare nanya Shivaji ingin mendengar langsung tanggapan dari orang Madura.
Anggota FEC menjawab per tanyaan Shivaji. Menurut mereka, pendapat orang luar yang seperti itu tidaklah benar. Keras yang di maksud bukanlah keras dalam hal negatif, tapi keras dalam arti positif: pekerja keras, pantang menyerah dan ulet. Sedangkan carok identik dengan harga diri orang Madura. Misalnya, saat is trinya dilecehkan oleh pria lain, orang Madura akan menantang duel satu lawan satu. Carok yang sebenarnya bukanlah ditujukan untuk balas dendam, apalagi pe nyerangan secara diam-diam. Carok yang sebenarnya adalah bentuk pengungkapan harga diri dan dilakukan secara terang terangan satu lawan satu. Namun makna carok sudah bergeser se jak lama. Saat ini orang Madura sudah mulai meninggalkan carok.
Setelah mendengarkan pen jelasan anggota FEC dan berin teraksi langsung dengan mereka, Shivaji dan Yolanda berpendapat bahwa orang Madura tidak sep erti yang dikatakan orang ban yak. “Orang Madura itu ternyata sangat ramah dan terbuka,” ujar Shivaji dalam bahasa inggris.
Interaksi yang terjadi begitu hangat dan diselingi dengan candaan. Tak jarang tawa terdengar di sela-sela dialog. Pem bawaan Shivaji dan Yolanda yang santai dan ramah membuat sua sana cair dan menghilangkan rasa sungkan dalam berinteraksi. Setelah berinteraksi dengan anggota FEC, Shivaji dan Yolanda melanjutkan perjalanan menuju Gua Mas yang baru ditemukan di Pamekasan. Mereka juga memberikan bingkisan kepada FEC. Dengan mengantongi peng etahuan dan pengalaman baru, kedua turis ini berharap dapat kembali lagi ke Madura dengan sambutan yang sama hangatnya. (SNJ/SDJ)
Tulisan ini dimuat di Tabloid WARTA STAIN Pamekasan Edisi 4 (Juli-Desember 2015) dalam rubrik "Kampusiana" saat penulis menjadi reporter di tabloid tersebut.


Posting Komentar